Rabu, 03 Juli 2013

Batalyon Daeng Ardiwinata

Koleksi pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata


Terbentuknya Batalyon 25 Resimen 9 dalam Bridage Guntur II

Lebih kurang bulan Mei 1946 Detasemen 9 Momon telah berkedudukan di Cililin. Resimen 9 melakukan Re-Ra pertama, antara lain Kapten Daeng Muhammad Ardiwinata dan Kapten Hasan Kosasih di mutasikan ke Batalyon V/ Kohar kemudian Kapten Daeng dimutasikan kembali ke Batalyon III/ Surjo.
Susunannya adalah sebagai berikut :
1.    Komandan Batalyon        : Surjo
2.    Kepala Staf                      : ?
3.    Komandan Kompi I         : Momon
4.    Komandan Kompi II        : Sutisna
5.    Komandan Kompi III       : R. Moh. Syafei
6.    Komandan Kompi IV      : Daeng Muhammad Ardiwinata

Komandan Batalyon menderita sakit setelah pertempuran di Cilampeni, jabatan Komandan Batalyon diserahkan kepada Komandan Kompi I Momon. Kemudian jabatan Batalyon diserah terimakan kepada Komandan Kompi IV Kapten Daeng Muhammad Ardiwinata karena Komandan Batalyon Kapten Momon berangkat ke Jogyakarta.

Batalyon III akhirnya mendapat tanda pengenal baru : Batalyon 25, setelah Resimen 8 dan Resimen 9 dilebur menjadi BRIGADE GUNTUR II SILIWANGI.

Setelah dengan liku perjuangannya Kompi Daeng yang dikenal sejak perjuangannya di Cimahi yang terbanyak anggotanya "anak kolong" anu tukang ngolo mamang-mamang na KNIL tukang maok bedil (tukang ngerayu oom-oom KNIL mencuri senapan) tidak lagi terdengar, raib hilang lenyap entah kemana.

Nanti dulu !

Leungit lain leungit saleungit-leungitna, tapi jadi "MAUNG SILIWANGI" nu tangguh. (Hilang bukan karena hilang begitu saja, tapi menjadi MACAN SILIWANGI" yang tangguh"). Muncul menjadi BATALYON DAENG, itu sebutan umumnya ketika itu karena tidak dikenal tanda pengenalnya. Sebutan untuk kesatuan atau pasukan ialah sebutan nama Komandannya.

Secara kebetulan sekali walaupun Kapten Daeng Muhammad Ardiwinata pernah di mutasikan ke Batalyon V/ Kohar akhirnya dimutasikan ke Batalyon III/ Surjo yang terbanyak berasal dari jajaran Detasemen 9/ Momon yang juga mantan Kompi Daeng yang anggotanya dulu ketika Prahara Cimahi bersama-sama mengalami "pait peuheurna" menegakan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bersama mengalami "ti mimiti ngan boga peureup jeung samangat kahayang merdeka wungkul hingga punya bedil yang lumayan". Sekarang bertemu lagi antara bapak dan anak-anaknya, Selamat bertemu lagi Pak.

"Hayu urang babarengan jeung dulur-dulur Maung Siliwangi sejena, urang tanjeurkeun kamerdekaan, urang usir nu ngarongrong kamerdekaan Indonesia, ku jalan kumaha oge. Pan urang mah geus boga conto, tina ngan boga peureup ayeuna lumayan geus boga bedil. Hayu urang babarengan, dur panjak urang padungdung, lalakon lila keneh".

Begitulah kira-kira getar dalam hati para pejuang kita asal "anak kolong" yang bertemu lagi dengan bapaknya.


Selanjutnya Batalyon 25/ Daeng ditugaskan sebagai Batalyon Cadangan Brigade Guntur II Siliwangi.

Ketika Belanda melakukan apa yang mereka sebut dengan Politioneele Actie sedang pihak Indonesia menyebutnya dengan Perang Kemerdekaan I tanggal 21 Juli 1947 Batalyon Daeng diperintahkan memperkuat garis pertahanan di Cikalong, Kiangroke, Ciluncat, Babakan Cianjur dan Markas Batalyon di Cikuda.

Saat Belanda menyerang front Banjaran yang dipertanggungjawabkan kepada Batalyon 23/ Totong Sahri, tidak dapat menahan serangan musuh karena tidak seimbang persenjataanya. Tentara Belanda terus bergerak tidak melalui pertahanan Batalyon 25/ Daeng tetapi memotong dibelakang pertahanan terus maju dan menduduki COP Brigade Guntur II di Lamajang dan berhasil menawan Kepala Staf Brigade Kapten Daeng Kosasih dan Letnan Entang Rukmana.

Batalyon 25/ Daeng terkepung, sambil mengadakan perlawanan dan melakukan gerakan mundur, diperintahkan mundur ke selatan untuk beralih kepada perang gerilya menuju Pangalengan, Cileunca, Cukul, Cilaki, daerah Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut, Cisewu.

Kemudian ditugaskan digaris pertahanan Arjuna, Sumbadra dan Pakenjeng sebelah timur Bungbulang Kabupaten Garut.

Sesuai perintah Batalyon 25/ Daeng melepaskan daerah yang diduduki dan dipertahankan untuk menyusup ke belakang daerah musuh :
1. Kompi I dengan beberapa anggota Staf Batalyon menyusup ke daerah Cikalong, Banjaran.
2. Kompi II dan IV dengan beberapa anggota Staf menyusup ke daerah Maruyung, Ciparay Majalaya.
3. Kompi III dan Kompi Cadangan ditempatkan di daerah Caringin-Bihbul Kecamatan Cisewu.
4. COP (Commando Post) Batalyon berkedudukan di Cimanggu-Cisewu.

Sesuai perintah Pemerintah Republik Indonesia Batalyon 25/ Daeng ditarik untuk hijrah ke daerah Republik.

 



sumber :

Prahara Cimahi Pelaku dan Peristiwa (Mayor Purn. S.M Arief : 1989)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar