Selasa, 25 Juni 2013

Daeng Muhammad Ardiwinata

LetKol Inf. Daeng Muhammad Ardiwinata

Daeng Muhammad Ardiwinata adalah putra bungsu dari Daeng Kanduruan Ardiwinata. Ayahanda beliau adalah seorang Nasionalis, Agamis dan Sastrawan Sunda pendiri Paguyuban Pasundan yang pada tahun 1914 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahan kerajaan Belanda yaitu "Ridder In De Orde Van Orange Nassau" atas prestasinya dibidang sastra.

Daeng Kanduruan Ardiwinata

Daeng Muhammad Ardiwinata menamatkan pendidikannya hanya sampai MULO karena saat itu Jepang masuk mengusai Indonesia dan masuk pendidikan militer Jepang PETA dilatih di Bogor dan keluar sebagai Shudanco. Pada saat perang kemerdekaan, PETA dijadikan Tentara Nasional Indonesia dan Daeng Muhammad Ardiwinata membentuk Batalyon yang ditempatkan di Cililin di bawah komando Resimen 9 dan dikenal dengan nama BATALYON DAENG. Saat suasana makin genting Batalyon Daeng ditarik ke Resimen 8 dan ditempatkan didaerah Panjalu Garut dan Pangalengan.

Saat Clash I pada tahunm 1947 Daeng Muhammad Ardiwinata ditempatkan di Bungbulang Garut dan Bandung Selatan. Pada pertempuran di Nangruka daerah Bungbulang Garut beliau menumpas dan mengusir tentara Belanda dengan taktik dan strategi yang brilyan yang beliau terapkan sehingga serangan Belanda yang menggunakan peralatan modern dapat dipatahkan dan dikalahkan.

Pada saat Ceasefire dengan Belanda seluruh pasukan Siliwangi Hijrah ke Jawa Tengah ke daerah "Renville" untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Batalyon Daeng ditugaskan untuk membersihkan dan mengamankan lapangan terbang Maospati Madiun dan merebut kembali Cepu dari penguasaan PKI.

Daeng Muhammad Ardiwinata adalah seorang komandan yang berprestasi dalam taktik dan strategi saat perang melawan tentara Belanda/ Clash I. Komandan yang berprestasi memadamkan pemberontakan PKI Madiun, menghancurkan DI/TII saat long march kembali ke Jawa Barat.

Pada tahun 1950 Daeng Muhammad Ardiwinata diangkat sebagai Komandan Resimen Cirebon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1951 mengundurkan diri dari TNI karena sakit, beberapa catatan berhenti pada tahun 1953 dengan pangkat terakhir Kolonel.

Pada tahun 1954 mendirikan partai IPKI bersama Kolonel Abdul Haris Nasution dan Kolonel Gatot Subroto dan diangkat sebagai Ketua IPKI tingkat Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1955 sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) RepubIik Indonesia 

Pada tahun 1960 sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

Pada tahun 1967 s/d 1970 menjabat Direktur PPN Dwikora IV Perkebunan Teh di Subang.

Jabatan terakhir beliau adalah Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Hukum Bandung (STHB).

4 komentar:

  1. Assalamu alaikum wr.wb. salam kenal Pak Dicky Rahmadie.saya Supriadi bin puang Lengu bin Makkasau daeng Makkelo bin Palusa daeng Parabba bin Karaeng Lombo Yukte daeng Sialu(Aru Pao) adalah generasi ke4 dari Yukte daeng Sialu di Pao Makassar sulsel. Sangat berharap pak Dicky atau keturunan Yukte dg Sialu ada di jabar bisa datang di tanah leluhur Yukte daeng Sialu di sulsel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamu Alaikum..wlkm wr.wrb..kalo boleh tau puang dimana makamnya dan keluarga besar beliau Alm.Daeng Kandaruan.di Jawa barat..kebtulan saya berdomisili di Garut..Asal Makassar..Gowa keluarga besar..Tombolio ,samata,.sunggumunasa.

      Hapus
  2. Terima kasih Dicky tulisan sejarah yg bersejarah. Terimka kasih pa Supriadi. Semoga ada kel kami yg bisa berkunjung ke makasar atau alamat pa Supriadi. Saya Daeng Nurjamal Ardiwinata. Ayah saya, Daeng Abdul Manan A, kakak dari Daeng Muhammad.

    BalasHapus
  3. Assalamu alaikum wr.wb. Terimasih pak Daeng Nurjamal .
    pak ada kontak yg bisa dihubungi mudamudahan bisa ketemu

    BalasHapus