Jumat, 14 Juni 2013

Mendirikan Partai IPKI

Setelah tidak lagi aktif dari TNI pada tahun 1951, Daeng Muhammad Ardiwinata tinggal di Bandung. Pada saat itu antara tahun 1950 - 1955 TNI sedang banyak terjadi permasalah internal. Kabinet jatuh bangun tidak berumur panjang. 


Lambang IPKI


Akhirnya Nasution tahu bahwa Daeng Muhammad Ardiwinata setelah meninggalkan pos nya di Cirebon sebagai Komandan Resimen 063 / SGJ beliau tidak pernah berangkat untuk tugas belajar di Seskoad, Bandung. Tidak ada Jabatan, tidak ada kegiatan dan tidak lagi aktif dalam kedinasan TNI., hanya berdiam diri di rumah. Hal ini banyak mengundang pertanyaan bagi rekan-rekannya terlebih anak buahnya. Nasution sadar kalau Daeng Muhammad Ardiwinata sejak terjadinya "Insiden Cirebon" itu beliau benar-benar marah dan kecewa. Nasution membaca bahwa hal ini bisa saja menjadi berdampak buruk yang tidak diharapkan, seorang "Daeng" yang disegani dengan anak buah yang masih sangat banyak dan bersenjata bisa saja bertindak diluar kendali bila Komandan nya merasa diperlakukan kurang adil. Terlebih pada saat itu pemberontakan PRRI/ Persemesta terhadap pemerintah pusat  disebabkan karena rasa ketidak puasan terhadap kebijakan-kebijakannya.

Kemudian Nasution berkunjung ke Bandung untuk menemui sahabat nya itu, setelah dilakukan pendekatan Daeng Muhammad Ardiwinata tetap bersikeras untuk tidak lagi ber dinas di TNI bagi nya perang fisik sudah berakhir dan begitu pula kariernya di milter berhenti sampai disana.

 
Kolonel A.H Nasution, 1951



Tapi atas kecintaannya terhadap bangsa dan negara ini, pada tanggal 20 Mei 1954 Daeng Muhammad Ardiwinata kembali bergabung dengan rekan-rekan seperjuangannya di Bogor dengan persamaan persepsi sepakat untuk mendirikan sebuah partai untuk memperjuangkan nasib dari para prajurit TNI serta pejuang dalam suatu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia.

Prakarsa mendirikan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ini dimotori oleh Kol. A.H Nasution, Kol Gatot Subroto, Letkol Daeng Muhammad Ardiwinata.


Koleksi Pribadi 
Daeng Muhammad Ardiwinata
 

Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata


Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata


Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata


Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata


Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata


Koleksi Pribadi
Daeng Muhammad Ardiwinata



BUKU TUJUH TAHUN MELINTAS MASA


IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa


IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa


IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa





IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa



IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa


IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa



IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa


IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa


IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa



IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa



Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)


‘’Sekali Layar Terkembang Surut Berpantang’’

Mengandung arti : Sekali kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, Pancasila serta UUD 1945 telah diterima sebagai Dasar Negara dan Konstitusi Negara, maka daripada itu keluarga besar IPKI berkewajiban mendukung, membina, membela tetap tegaknya serta mengisi pembangunan yang berkesinambungan menuju tercapainya cita-cita kemerdekaan.

Setelah Pemilu 1955 Parati IPKI kembali muncul pada Pemilu 1999 dengan program :

  1. Kedaulatan rakyat
  2. Kesejahteraan Rakyat
  3. Perekonomian rakyat
  4. Ketentraman rakyat
  5. Ketahanan rakyat

MENOLAK Neo-Orde Lama dan Neo-Orde Baru tampil lagi di panggung politik nasional. Itulah salah satu rambu-rambu perjuangan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),. Rambu-rambu lainnya adalah tidak menjadikan agama sebagai alat politik; negara kesatuan; Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945; serta cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Sedangkan program yang ditetapkan partai bermotto ‘’Sekali layar terkembang surut kita berpantang’’ ini meliputi kedaulatan rakyat, kesejahteraan, perekonomian rakyat, ketentraman rakyat, dan ketahanan rakyat.

Pancaprogram itu dijabarkan lagi. Untuk kesejahteraan rakyat, IPKI hendak memperjuangkan harga pupuk yang menjadi keluhan mayoritas petani, dan bebas biaya pendidikan untuk wajib belajar 9 tahun. Pula, pengobatan cuma-cuma bagi masyarakat yang berobat ke puskesmas, melanjutkan proyek RS dan RSS, pemberian subsidi pemerintah untuk transportasi umum, dan memberi perhatian khusus bagi nelayan. Karena itu, mereka memberi kesempatan bagi petani untuk menggarap tanah-tanah negara yang kurang bermanfaat atau yang kepemilikannya bertentangan dengan undang-undang.

Sebagai partai yang melandaskan diri pada perekonomian rakyat, IPKI memprogramkan perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta berjuang demi terealisasinya otonomi daerah terutama untuk tingkat II. Partai ini juga menginginkan pengaturan ekonomi yang mengangkat kesejahteraan rakyat.

Untuk terwujudnya ketentraman rakyat, program yang mesti digarap, menurut IPKI, adalah kedaulatan rakyat, kesejahteraan rakyat, perekonomian rakyat, serta penegakan hukum. Lahirnya IPKI ini sendiri dilatarbelakangi tekad untuk membela tetap tegaknya serta mengisi pembangunan yang berkesinambungan menuju tercapainya cita-cita kemerdekaan. Partai ini merupakan kelanjutan IPKI yang didirikan pada 20 Mei 1954.

Tokoh pemrakarsanya, antara lain, (ketika itu) Kol. Abdul Haris Nasution, Kol. Gatot Subroto, Kol. Dr Azis Saleh, Letkol Daeng Muhammad Ardiwinata dan Mayor Achmad Soekarmadidjaja. Pokoknya, partai yang didirikan untuk menyalurkan aspirasi kalangan militer, begitulah singkatnya.

Anehnya, ketika fusi partai di awal Orde Baru, IPKI justru bergabung atau tepatnya digabungkan dengan PDI dan bukan dengan Golkar. Namun lewat kongres 1994, IPKI memutuskan menjadi ormas nonafiliasi. Menjelang Pemilu 1997, partai ini melakukan konsolidasi dan memberikan aspirasinya ke Golkar.

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 
Asas          : Pancasila 
Didirikan     : Bogor 20 Mei 1954 
Deklarasi    : Jakarta 12 September 1998 
Visi             : Tercapainya cita-cita kemerdekaan 




sumber : 

http://groups.yahoo.com/group/diapol/message/218>

http://koleksitempodoeloe.blogspot.com/2010/07/buku-kuno-tudjuh-tahun-melintas-masa-20.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar