Setelah tidak lagi aktif dari TNI pada tahun 1951, Daeng Muhammad Ardiwinata tinggal di Bandung. Pada saat itu antara tahun 1950 - 1955 TNI sedang banyak terjadi permasalah internal. Kabinet jatuh bangun tidak berumur panjang.
Akhirnya Nasution tahu bahwa Daeng Muhammad Ardiwinata setelah meninggalkan pos nya di Cirebon sebagai Komandan Resimen 063 / SGJ beliau tidak pernah berangkat untuk tugas belajar di Seskoad, Bandung. Tidak ada Jabatan, tidak ada kegiatan dan tidak lagi aktif dalam kedinasan TNI., hanya berdiam diri di rumah. Hal ini banyak mengundang pertanyaan bagi rekan-rekannya terlebih anak buahnya. Nasution sadar kalau Daeng Muhammad Ardiwinata sejak terjadinya "Insiden Cirebon" itu beliau benar-benar marah dan kecewa. Nasution membaca bahwa hal ini bisa saja menjadi berdampak buruk yang tidak diharapkan, seorang "Daeng" yang disegani dengan anak buah yang masih sangat banyak dan bersenjata bisa saja bertindak diluar kendali bila Komandan nya merasa diperlakukan kurang adil. Terlebih pada saat itu pemberontakan PRRI/ Persemesta terhadap pemerintah pusat disebabkan karena rasa ketidak puasan terhadap kebijakan-kebijakannya.
Kemudian Nasution berkunjung ke Bandung untuk menemui sahabat nya itu, setelah dilakukan pendekatan Daeng Muhammad Ardiwinata tetap bersikeras untuk tidak lagi ber dinas di TNI bagi nya perang fisik sudah berakhir dan begitu pula kariernya di milter berhenti sampai disana.
Tapi atas kecintaannya terhadap bangsa dan negara ini, pada tanggal 20 Mei 1954 Daeng Muhammad Ardiwinata kembali bergabung dengan rekan-rekan seperjuangannya di Bogor dengan persamaan persepsi sepakat untuk mendirikan sebuah partai untuk memperjuangkan nasib dari para prajurit TNI serta pejuang dalam suatu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia.
Prakarsa mendirikan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ini dimotori oleh Kol. A.H Nasution, Kol Gatot Subroto, Letkol Daeng Muhammad Ardiwinata.
Kemudian Nasution berkunjung ke Bandung untuk menemui sahabat nya itu, setelah dilakukan pendekatan Daeng Muhammad Ardiwinata tetap bersikeras untuk tidak lagi ber dinas di TNI bagi nya perang fisik sudah berakhir dan begitu pula kariernya di milter berhenti sampai disana.
Kolonel A.H Nasution, 1951 |
Tapi atas kecintaannya terhadap bangsa dan negara ini, pada tanggal 20 Mei 1954 Daeng Muhammad Ardiwinata kembali bergabung dengan rekan-rekan seperjuangannya di Bogor dengan persamaan persepsi sepakat untuk mendirikan sebuah partai untuk memperjuangkan nasib dari para prajurit TNI serta pejuang dalam suatu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia.
Prakarsa mendirikan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ini dimotori oleh Kol. A.H Nasution, Kol Gatot Subroto, Letkol Daeng Muhammad Ardiwinata.
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
Koleksi Pribadi Daeng Muhammad Ardiwinata |
BUKU TUJUH TAHUN MELINTAS MASA
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
IPKI - Buku Tujuh Tahun Melintas Masa |
Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
‘’Sekali Layar Terkembang Surut Berpantang’’
Mengandung arti : Sekali kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, Pancasila serta UUD 1945 telah diterima sebagai Dasar Negara dan Konstitusi Negara, maka daripada itu keluarga besar IPKI berkewajiban mendukung, membina, membela tetap tegaknya serta mengisi pembangunan yang berkesinambungan menuju tercapainya cita-cita kemerdekaan.
Setelah Pemilu 1955 Parati IPKI kembali muncul pada Pemilu 1999 dengan program :
MENOLAK Neo-Orde Lama dan Neo-Orde Baru tampil lagi di panggung politik nasional. Itulah salah satu rambu-rambu perjuangan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),. Rambu-rambu lainnya adalah tidak menjadikan agama sebagai alat politik; negara kesatuan; Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945; serta cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Sedangkan program yang ditetapkan partai bermotto ‘’Sekali layar terkembang surut kita berpantang’’ ini meliputi kedaulatan rakyat, kesejahteraan, perekonomian rakyat, ketentraman rakyat, dan ketahanan rakyat.
- Kedaulatan rakyat
- Kesejahteraan Rakyat
- Perekonomian rakyat
- Ketentraman rakyat
- Ketahanan rakyat
MENOLAK Neo-Orde Lama dan Neo-Orde Baru tampil lagi di panggung politik nasional. Itulah salah satu rambu-rambu perjuangan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),. Rambu-rambu lainnya adalah tidak menjadikan agama sebagai alat politik; negara kesatuan; Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945; serta cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Sedangkan program yang ditetapkan partai bermotto ‘’Sekali layar terkembang surut kita berpantang’’ ini meliputi kedaulatan rakyat, kesejahteraan, perekonomian rakyat, ketentraman rakyat, dan ketahanan rakyat.
Pancaprogram
itu dijabarkan lagi. Untuk kesejahteraan rakyat, IPKI hendak memperjuangkan
harga pupuk yang menjadi keluhan mayoritas petani, dan bebas biaya pendidikan
untuk wajib belajar 9 tahun. Pula, pengobatan cuma-cuma bagi masyarakat yang
berobat ke puskesmas, melanjutkan proyek RS dan RSS, pemberian subsidi
pemerintah untuk transportasi umum, dan memberi perhatian khusus bagi nelayan. Karena itu, mereka memberi kesempatan bagi petani untuk menggarap
tanah-tanah negara yang kurang bermanfaat atau yang kepemilikannya bertentangan
dengan undang-undang.
Sebagai
partai yang melandaskan diri pada perekonomian rakyat, IPKI memprogramkan
perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta berjuang demi terealisasinya
otonomi daerah terutama untuk tingkat II. Partai ini juga menginginkan
pengaturan ekonomi yang mengangkat kesejahteraan rakyat.
Untuk
terwujudnya ketentraman rakyat, program yang mesti digarap, menurut IPKI,
adalah kedaulatan rakyat, kesejahteraan rakyat, perekonomian rakyat, serta
penegakan hukum. Lahirnya IPKI ini sendiri dilatarbelakangi tekad untuk membela
tetap tegaknya serta mengisi pembangunan yang berkesinambungan menuju
tercapainya cita-cita kemerdekaan. Partai ini merupakan kelanjutan IPKI yang
didirikan pada 20 Mei 1954.
Tokoh
pemrakarsanya, antara lain, (ketika itu) Kol. Abdul Haris Nasution, Kol. Gatot
Subroto, Kol. Dr Azis Saleh, Letkol Daeng Muhammad Ardiwinata dan Mayor Achmad Soekarmadidjaja. Pokoknya, partai
yang didirikan untuk menyalurkan aspirasi kalangan militer, begitulah
singkatnya.
Anehnya,
ketika fusi partai di awal Orde Baru, IPKI justru bergabung atau tepatnya
digabungkan dengan PDI dan bukan dengan Golkar. Namun lewat kongres 1994, IPKI
memutuskan menjadi ormas nonafiliasi. Menjelang Pemilu 1997, partai ini
melakukan konsolidasi dan memberikan aspirasinya ke Golkar.
Asas : Pancasila
Didirikan : Bogor 20 Mei 1954
Deklarasi : Jakarta 12 September 1998
Visi : Tercapainya cita-cita kemerdekaan
sumber :
http://groups.yahoo.com/group/diapol/message/218>
http://koleksitempodoeloe.blogspot.com/2010/07/buku-kuno-tudjuh-tahun-melintas-masa-20.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar